Rezeki Tidak Akan Tertukar Jadi Gak Usah Gusar
Oleh: Mochamad Efendi
Setiap orang hidup dijamin rezekinya oleh Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah SWT. Jadi tidak usah takut, gusar ataupun iri dengan orang lain, karena rezeki tidak akan tertukar, semua sesuai dengan takarannya masing-masing. Kewajiban kita hanyalah menjemput rezeki yang memang sudah disiapkan untuk kita. Apa yang bisa dimanfaatkan dan dinikmati, itulah yang menjadi rezeki buat kita. Punya rumah mewah, puluhan mobil, investasi tanah dan simpanan uang berlimpah bukanlah rezeki kita sampai semua itu bisa, dimanfaatkan baik untuk kehidupan dunia ataupun yang kita infaqkan untuk bekal di akhirat. Kita juga diperintahkan untuk mensyukuri setiap nikmat dan rezeki yang datang pada kita sampai nanti saat kematian datang menjemput, artinya rezeki kita juga sudah berakhir.
Rezeki kita sudah tertuliskan di lauful Mahfudz, tugas kita hanya berusaha dengan bekerja meskipun rezeki sudah dijamin oleh Allah. Semua makhluk hidup – yang berakal maupun yang tidak berakal – rizkinya telah dijamin oleh Allah apalagi manusia yang memiliki akal dan kemampuan untuk menjemput rezekinya, jadi tidak perlu gusar. Ada banyak dalil yang menunjukkan bahwa rezeki sudah ditetapkan dan dijamin Allah selama kita hidup di dunia.
Dalil pertama di dalam al-Qur'an Surat Hud ayat 6, Allah SWT. berfirman,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Tidak ada satupun yang bergerak di muka bumi ini kecuali Allah yang menanggung rizkinya. (QS. Hud: 6).
Kedua, dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita tentang proses penciptaan manusia.
ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ
“Kemudian diutus malaikat ke janin untuk meniupkan ruh dan diperintahkan untuk mencatat 4 takdir, takdir rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.” (HR. Muslim 6893).
Siapapun anggota keluarga yang nafkahnya menjadi tanggung jawab kita, hakekatnya yang memberi rizki mereka adalah Allah dan bukan kepala keluarga. Kepala keluarga yang bekerja hanya perantara untuk rizki yang Allah berikan bagi anak-anaknya.
Dalam sebuah hadist yang lain dijelaskan bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai dia menghabiskan semua jatah rizkinya. Sehingga siapapun yang hidup pasti diberi jatah rizki oleh Allah sampai dia mati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ، فَلا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، اتَّقُوا اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ ، وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ، خُذُوا مَا حَلَّ ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian manusia. Carilah rezeki dengan baik, ambil yang halal dantinggalkan yang haram.” (HR. Baihaqi dalam sunan al-Kubro 9640, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak 2070 dan disepakati Ad-Dzahabi)
Prinsip ini tidak mengajarkan agar kita berpangku tangan dan diam tidak bekerja. Dengan anggapan semua telah ditaqdirkan. Benar rizki manusia telah ditaqdirkan, tapi taqdir itu rahasia Allah, yang tidak kita ketahui. Sementara sesuatu yang tidak kita ketahui, tidak boleh dijadikan alasan untuk diam dan tidak berbuat sesuatu.
Namun dengan memahami bahwa rezeki adalah dari Allah, bukan karena usaha kita, menjauhkan kita dari rasa takabur dengan menganggap usaha kitalah yang mendatangkan rezeki. Dan sering kita juga menyalahkan dan menganggap rendah orang lain yang kurang beruntung, dianggap kurang berusaha. Dengan memahammi dan meyakini bahwa Allah yang menjamin dan mendatangkan rezeki, membuat hati kita lapang dan tenang, tidak khawatir ataupun gusar karena rezeki sudah ada yang menjamin yakni Allah, Maha Pemberi Rezeki. Tidak pula kita iri dengan orang lain yang kita anggap lebih beruntung, mendapatkan rezeki lebih karena rezeki tidak akan tertukar dan itu memang sudah menjadi haknya, bahkan meskipun seseorang hanya tinggal di rumah, dan kita lihat tidak melakukan apa-apa.
Gaes, jika rezeki sudah dijamin, Kita harusnya taat dan mengikuti semua aturan dari Allah, Maha Pemberi Rezeki. Hanya menggunakan cara yang halal dalam menjemput rezeki, bukan mati-matian dengan menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang kita anggap sebagai rezeki kita, kekayaan dan jabatan yang diinginkan. Lupa dengan rezeki yang sudah didapat dan dinikmati dengan mengejar keinginan yang bukan menjadi rezeki kita. Kebahagian hakiki tidak bisa dirasakan, karena tidak pandainya hati untuk menyukuri nikmat yang ada.
Lupa waktu dan kesempatan hidup untuk bertaubat adalah rezeki. Sehat, iman dan Islam adalah rezeki yang patut untuk disyukuri. Setiap hari punya waktu luang dan bisa makan serta merasa aman bersama keluarga dianggap hal biasa, sehingga lupa untuk mensykurinya. Banyak nikmat yang sering terlupakan karena hati tidak pandai bersyukur, sehingga selalu merasa kurang. Padahal dengan semua nikmat yang melekat dalam hidup, kita bisa beribadah kepada Allah adalah rezeki yang akan mendatangkan kebahagiaan hakiki.
Allah berfirman dalam al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7,"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." Jadi tidak perlu khawatir dan gusar, karena rezeki pasti akan datang selama kita masih hidup. Kewajiban kita hanyalah berusaha serta mensyukuri setiap nikmat dalam hidup ini yang ditetapkan sebagai rezeki kita. Seorang muslim sejati meyakini bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah, termasuk rezeki yang kita dapatkan adalah dari Allah SWT, bukan karena usaha kita. (reper/baim)
Posting Komentar untuk "Rezeki Tidak Akan Tertukar Jadi Gak Usah Gusar"