Mewaspadai Propaganda Incest dalam Film SIN
Oleh: Abidah Al-Mughniyah (Siswi SMP di Sidoarjo)
Buat kamu yang selalu update di dunia maya, lebih-lebih untuk para pecinta film. Pasti tahu film apa saja yang ditayangkan bioskop di akhir tahun 2019 ini. Kali ini ada salah satu film lokal yang berbeda dari biasanya. Lebih "kreatif" dan "inovatif". Film ini diangkat dari sebuah cerita di wattpad. Sudah bisa dipastikan film ini adalah karya orisinil generasi muda Indonesia, waw keren nggak?
Film ini berjudul SIN, diambil dari Bahasa Inggris berarti berarti dosa. Tag line-nya: saat kekasihmu adalah kakakmu sendiri. Film SIN ini mengisahkan tentang siswi SMA bernama Meta, gadis cantik yang beranggapan bahwa semua laki-laki pasti akan menyukai dirinya (cowok mana sih yang nggak suka cewek cantik).
Sampai akhirnya dia menemukan satu cowok yang tidak tertarik padanya, namanya Raga. Meta berusaha mendekati Raga untuk membuktikan anggapannya. Ternyata seiring berjalannya waktu mereka saling menyukai dan berakhirlah rasa sukanya dengan pacaran.
Hingga suatu saat, Raga diberitahu ayahnya, bahwa Meta dan Raga ini bersaudara. Satu ayah beda ibu. Ayahnya memaksa Raga untuk putus dengan Meta. Karena sudah terlanjur cinta, Raga mengesampingkan kenyataan bahwa Meta adalah saudaranya, dan ia siap menanggung dosa. God hates SIN, not the Sinner.
Usut punya usut, Meta yang asli sudah meninggal ketika masih bayi bersamaan dengan ditemukannya bayi perempuan di depan rumah. Ibunya Meta menjadikan bayi yang ditemukan ini sebagai anaknya dan menamainya Meta (juga).
Sekalipun pada akhirnya Raga dan Meta ini bukan saudara, tetap saja film ini dinilai mempropagandakan Incest (baca: Inses). Digambarkan bagaimana rasa cinta tidak terkalahkan oleh apapun, bahkan hubungan sedarah juga tak masalah. Padahal ini adalah kerusakan yang nyata. Hubungan sedarah (incest) jelas berbahaya, baik dari sudut pandang ilmiah, apalagi agama.
Mungkin ada yang masih bingung, incest itu apa sih? Incest adalah salah satu bentuk penyimpangan seksual (sexual devitation), berupa hubungan atau pernikahan sedarah. Kalau dulu ada kumpul kebo, lalu LGBT, sekarang yang lebih kekinian: incest.
Tapi ternyata, incest bukan hal yang baru lagi. Bahkan di dalam sejarah ternyata ada yang menganggap incest adalah perbuatan atau hal yang lumrah. Padahal incest membawa bencana bagi para pelakunya, mau bukti?
Pada tahun 1922, salah satu Fira’un berhasil ditemukan makamnya dan digali. Namanya Tutankhamun, sebutannya Tut. Para awak media menerbitkan berbagai ilustrasi tentang Tut sebagai Fir’aun yang gagah, berwibawa, tampan, dan lain-lain. Pokoknya lelaki yang ideal gitu deh.
Beberapa waktu yang lalu, diadakan penelitian yang lebih komprehensif tentang Tut, para ahli melakukan otopsi virtual dengan pemindaian yang tak kurang dari 2000 kali. Dari penelitian ini terungkap bahwa Fir’aun Tut ini tak segagah yang digambarkan awak media.
Fir’aun Tut mati muda umur 19 tahun. Dengan kecacatan di berbagai tempat, pinggulnya besar dan lebar (agak demplon), bagian rahang atas dan rahang bawahnya menumpuk secara aneh, kakinya pun memiliki kelainan sehingga sebelah kakinya pengkor.
Para ahli juga melakukan DNA terhadap mumi Tut, yang kemudian ditemukan bahwa dia menderita lobus epilepsy (semacam ayan), Kohler disease (pertumbuhan tiap ruas tulang tidak selaras dan menyebabkan nyeri pada penderitanya), serta malaria. Parahnya, ternyata Tut ini adalah anak hasil incest. Dan dia pun melakukan incest dengan adik tirinya Ankhesenamun, dan menghasilkan dua orang anak yang keduanya meninggal tak lama setelah dilahirkan.
Allah swt. sudah melarang kita untuk meakukan hubungan sedarah, yaitu dengan diaturnya mahrom (orang yang haram dinikahi). Terdapat di surat An-Nisa’ ayat 23 yang berbunyi: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; ...."
Awalnya memang timbul pertanyaan mengapa kok incest dilarang? Tapi karena sudah menjadi sifat umat Islam untuk sami’na wa atho’na, maka para sahabat tidak ada yang memperumit masalah itu dan melaksanakannya.
Ternyata ini adalah salah satu bentuk Islam untuk menjaga garis keturunan (nasab) dan ini benar-benar dijaga. Seseorang harus jelas siapa bapaknya, siapa ibunya, siapa kakeknya, dia keturunan siapa. Makanya Islam sangat menetang keras perbuatan-perbuatan yang bias merusak nasab.
Nah, apalagi setelah tahu apa akibat jika syariat Allah tidak dilaksanakan, ujung-ujungnya pasti bencana. Karena itu, kita mesti taat syariat dan bersikap selektif terhadap karya-karya yang berasal dari nilai-nilai selain Islam. Kita harus lebih waspada terhadap film-film yang disajikan bebas di bioskop. Sebagai wujud kecintaan kita padaNya.
Cinta itu taat. Taat tanpa tapi, tanpa nanti, sampai mati. Wallahua'lam bishowab. (reper/toriq)
Posting Komentar untuk "Mewaspadai Propaganda Incest dalam Film SIN"